Rabu, 25 April 2012
Mamandang alam dari atas bukit, sejauh pandang kulepaskan.Sungai tampak berliku, sawah hijau membentang.Bagai permadani di atas langit.Gunung menjulang, berpayung awan.Oh, indah pemandangan.
Cuplikan
syair lagu anak-anak di atas mengingatkan kembali pada keutuhan alam
Indonesia yang hijau, segar, penuh dengan sawah, sungai yang jernih, dan
serangkaian pemandangan memesona. Potongan syair itu dapat digolongkan
pada puisi lingkungan hidup. Semua keindahan tersebut sudah mulai
terkikis dua puluh tahun belakangan ini. Banyak sawah yang telah berubah
menjadi Mall atau perumahan. Banyak juga gunung yang gundul dan sungai
mengering.
Berbagai
peristiwa membuat semua pemandangan tersebut mulai menghilang. Mulai
dari bencana alam, sampai bencana yang ditimbulkan oleh ulah
tangan-tangan manusia. Inilah yang menjadi perhatian para seniman dan
beberapa kalangan sehingga banyak bermunculan puisi lingkungan hidup.
Sebenarnya
banyak lagu-lagu baik dari Indonesia maupun luar negeri yang dibuat
berdasarkan puisi lingkungan hidup tersebut. Katakanlah jika tahun
1980an ada sosok Gombloh dengan “Lestari” yang merupakan rangkaian puisi
lingkungan hidup terplikasi apik dalam petikan gitar dan dentuman
piano.
Kemudian,
ada sosok Ebiet G Ade dengan beberapa puisi lingkungan hidup yang
menjelma menjadi sebuah lagu, semacam “Berita Untuk Kawan”. Nicky Astria
yang juga pernah melantunkan puisi lingkungan hidup dan menjelma
menjadi lagu “Kota Tua”. Dan beberapa puisi lingkungan hidup karya para
seniman seperti Ully Sigar Rusady, WS Rendra, dan beberapa seniman
lainnya.
Lagu
dan puisi lingkungan hidup memang memiliki keterikatan yang saling
menunjang dalam usaha mempertahankan ekosistem serta memelihara
lingkungan sekitar. Secara tidak langsung, puisi lingkungan hidup turut
berperan serta menumbuhkan perasaan cinta lingkungan. Inilah media yang
disukai oleh hampir semua orang untuk menanamkan kebiasaan menjaga
lingkungan sekitar kita dari berbagai pengaruh buruk yang dapat
mencemarinya.
Puisi Lingkungan Hidup Tentang Hutan
Puisi
lingkungan hidup tentang hutan bercerita tentang berbagai keindahan dan
panorama hutan. Puisi lingkungan hidup tentang hutan juga bisa berkisah
tentang hewan yang ada di hutan, kepunahannya, ekosistemnya, dan
berbagai hal mengenai hutan.
Puisi
lingkungan hidup tentang hutan juga bisa berisikan tentang hutan yang
gundul, kayu yang bnayak ditebang, dan bukit yang longsor. Semua bisa
dituangkan dalam puisi lingkungan hidup yang mengajak seluruh penduduk
bumi memikirkan kembali tentang kelestarian hutannya. Karena bagaimana
pun hutan adalah paru-paru kita, tempat terluas yang menghasilkan
oksigen bagi keberlangsungan manusia dan hewan di dunia.
Berikut contoh puisi lingkungan hidup tentang hutan:
Hutanku (Afin Murtie)
Dahulu, hijau semerbak aroma dedaunan.
Dahulu, rimbun pohon merasuk dalam bayangan.
Dahulu, semua begitu indah.
Dahulu, semua begitu nyata.
Dahulu, rimbun pohon merasuk dalam bayangan.
Dahulu, semua begitu indah.
Dahulu, semua begitu nyata.
Kini, semua hijau telah tersisih.
Kini, semua pohon tengah merintih.
Kini, tinggal puing-puing yang menyerpih.
Kini, akankah semua ini terganti.
Kini, semua pohon tengah merintih.
Kini, tinggal puing-puing yang menyerpih.
Kini, akankah semua ini terganti.
Puisi Lingkungan Hidup Tentang Gunung
Gunung
dan pegunungan berjajar di sepanjang Nusantara tercinta. Puisi
lingkungan hidup tentang gunung bisa menginspirasi kita untuk lebih
mencintai alam sekitar. Gunung-gunung yang tersebar tersebut menyimpan
banyak air bersih untuk kebutuhan sehari-hari. Dari gunung juga mengalir
sungai-sungai dan di sekeliling gununglah tempat hutan bertengger
dengan nyamannya.
Puisi lingkungan hidup tentang gunung banyak dibuat oleh anak-anak
sekolah dasar yang tengah belajar dengan guru bahasa Indonesia mereka.
karena anak-anak tersebut memiliki memori yang indah tentang gunung dan
pegunungan yang ada di sekitar mereka.
Berikut contoh puisi lingkungan hidup tentang gunung:
Biru dan Cokleat (Afin Murtie)
Kau, tinggi menjulang menatap langit.
Kau, gagah dan kukuh di tengah hamparan sawah.
Berkelok, menikung, dan menimbulkan hentakan suasana desa.
Biru dari jauh, coklat dari dekat.
Terbentang, memikat, menimbulkan sejuta asa.
Akankah kau tetap menjulang?
Akankah kau tetap membentang?
Jika tangan-tangan jahil itu.
Mulai memulasmu dengan nafsu
Entah….
Kau, gagah dan kukuh di tengah hamparan sawah.
Berkelok, menikung, dan menimbulkan hentakan suasana desa.
Biru dari jauh, coklat dari dekat.
Terbentang, memikat, menimbulkan sejuta asa.
Akankah kau tetap menjulang?
Akankah kau tetap membentang?
Jika tangan-tangan jahil itu.
Mulai memulasmu dengan nafsu
Entah….
Puisi Lingkungan Hidup Tentang Sungai
Sungai
sering memberikan inspirasi bagi para seniman atau awam untuk membuat
puisi lingkungan hidup. Kejernihan air sungai yang mengalir, memang
mulai jarang kita temukan di kota besar dan kecil. Tinggal sungai yang
melewati pedesaan saja masih menyisakan kenangan akan gemericik air yang
membuat kita terlempar jauh ke masa lampau.
Puisi lingkungan hidup
tentang sungai, ingin menceritakan tentang keindahan sungai, tentang
pentingnya sungai bagi kehidupan manusia, dan tentang bagaimanakah
sungai tersebut harus dijaga. Dengan puisi lingkungan hidup yang dibuat
maka kita ingin mengajak generasi muda terutama untuk lebih mencintai
alam sekitarnya. Tidak hanya terlelap dengan pesona gemerlapnya dunia.
Ada
satu lagu tentang sungai yang sangat terkenal, lagu ini menginspirasi
bagi kita untuk melihat kembali ke sungai-sungai di sekitar rumah. Lagu
ini mengisahkan meluapnya sungai yang bisa saja memporak-porandakan
kehidupan masyarakat sekitar. Oleh karena itu, lagu yang berisi puisi
lingkungan hidup tentang sungai ini sangat populer di masanya. Mau tahu
lagunya? Ya, judulnya adalah “Bengawan Solo”.
Berikut contoh puisi lingkungan hidup tentang sungai:
Riak Kecill (Afin Murtie)
Berkelok, tajam, menurun, dan landai.
Barisan air terbawa sampai jauh tak tergapai.
Inilah sungai, tempat kehidupan berandai.
Riak kecil membawa asa untuk dicapai.
Barisan air terbawa sampai jauh tak tergapai.
Inilah sungai, tempat kehidupan berandai.
Riak kecil membawa asa untuk dicapai.
Pabila tiba semua tak kuasa lagi.
Menahan beban dedaunan kering tanpa asa.
Pabila nanti tak ada lagi riak kecil di sungai.
Itulah pertanda jangkauan bagi kita.
Menahan beban dedaunan kering tanpa asa.
Pabila nanti tak ada lagi riak kecil di sungai.
Itulah pertanda jangkauan bagi kita.
Sungai itu merintih, membutuhkan uluran tangan.
Sungai itu meratap, tak ingin lagi melihat kegundulan hutan.
Karena airnya akan mengering, karena riaknya tak lagi hadir.
Sungai itu meratap, tak ingin lagi melihat kegundulan hutan.
Karena airnya akan mengering, karena riaknya tak lagi hadir.
Puisi Lingkungan Hidup Tentang Bencana Alam
Bencana
alam selama ini kita mengenalnya sebagai sebuah takdir yang terjadi dan
diturunkan oleh Tuhan kepda manusia. Tetapi jika diamati lagi, bencana
alam bukan hanya terjadi karena takdir semata. Bencana alam seringkali terjadi karena kealpaan manusia dalam memelihara alam semesta.
Puisi
lingkungan hidup tentang bencana alam ingin menggugah kita untuk
kembali memandang alam sebagai sebuah harmoni kehidupan. Puisi
lingkungan hidup tentang bencana alam mencoba menyadarkan bahwa tindakan
radikal yang kita lakukan ke alam akan membawa dampak buruk bagi diri
kita sendiri.
Berikut puisi lingkungan hidup tentang bencana alam:
Lumpur Lapindo (Afin Murtie)
Terseok seorang bocah berjalan di atas pematang.
Memandang dan menerawang jauh ke depan.
Di sanalah kehidupan masa kecilnya tenggelam.
Bersama rumah, sekolah, dan sawah tempat berkejaran.
Memandang dan menerawang jauh ke depan.
Di sanalah kehidupan masa kecilnya tenggelam.
Bersama rumah, sekolah, dan sawah tempat berkejaran.
Jika boleh memilih, bocah kecil itu pasti merintih.
Jika boleh menolak, bocah kecil itu pasti berlari.
Berlari dari ketidakpastian dan keterpurukan.
Menjauh dari bencana dan lorong pasar nan pengap.
Jika boleh menolak, bocah kecil itu pasti berlari.
Berlari dari ketidakpastian dan keterpurukan.
Menjauh dari bencana dan lorong pasar nan pengap.
Bencana itu memang dahsyat.
Datang perlahan namun merayap.
Menenggelamkan semua yang tersisa.
Bahkan memusnahkan asa seorang bocah.
Datang perlahan namun merayap.
Menenggelamkan semua yang tersisa.
Bahkan memusnahkan asa seorang bocah.
Jika dia datang tak diundang.
Mengapa lumpur itu penuh suka cita.
Jika dia datang karena undangan.
Mengapa si pengundang tak kuasa memulangkannya.
Senyap….
Mengapa lumpur itu penuh suka cita.
Jika dia datang karena undangan.
Mengapa si pengundang tak kuasa memulangkannya.
Senyap….
Demikian beberapa puisi lingkungan hidup, dan masih banyak lagi puisi
yang bisa kita buat untuk menunjukkan keberadaan lingkungan hidup kita
yang telah tercemar.
Berbagai manfaat puisi lingkungan hidup bagi si pembuat, pembaca, dan pendengarnya antara lain:
1. Puisi lingkungan hidup membangkitkan memori masa kecil yang indah.
Dengan
mencoba membuat, membaca, atau mendengar puisi lingkungan hidup maka
kita bisa mengenang kembali masa kecil yang indah. Apalagi kalau ketika
kecil kita masih menemui keadaan indah, segar, dan menakjubkan berbagai
pemandangan dan penampakan alam tersebut.
Puisi
lingkungan hidup, terutama yang dibuat oleh generasi tahun 70-80an
masih berkisah tentang memori keindahan masa lampau. Berbeda dengan
puisi lingkungan hidup yang dibuat oleh genearasi tahun 2000an sekarang
yang lebih banyak mengarah ke penanggulangan berbagai dampak lingkungan.
2. Puisi lingkungan hidup membuat kita tersadar bagaimana harus menjaganya.
Dengan
membuat, membaca, maupun mendengarkan puisi lingkungan hidup maka kita
menjadi tersadar bahwa kadangkala apa yang kita lakukan merupakan hal
yang dapat merusak lingkungan. Oleh karenanya dengan banyaknya orang
yang menyukai puisi lingkungan hidup maka diharapkan kelestarian alam akan senantiasa terjaga.
Sumber : Klik disini